Dini Kartini
Minggu, 10 Februari 2013
Live memories
Hujan kemarin mengingatkan ku
pada seseorang yang pernah ku kenal dan begitu lama singgah di hati dan
kehidupan ku. Aku bangun dan singgah di sebuah tempat dari keterpurukan
runtuhan tanah kemarin. Aku mengenalnya begitu dekat seperti tak ada penghalang
untuk selalu di sampingnya. Begitu erat kasih sayang itu, begitu erat perasaan
yang ku rasakan saat dia menoleh kebelakang dan terpenjara oleh masa lalu nya.
Aku dan dia seperti sedarah, apa yang aku rasakan dan apa yang dia rasakan, kita sama-sama merasakannya walau tak tau itu
sebelumnya, begitu kuat kontak batin yang kita rasakan. Aku rasa karena kita
saling menyayangi dan merasakan arti cinta, kasih sayang di antara kita berdua,
seperti layaknya seorang wanita dan lelaki yang sudah Allah halalkan.
Aku tersenyum di awal aku
mengenalnya, tak berfikir sampai saat itu bahwa dia akan menjadi seseorang yang
begitu perhatiannya,begitu menyayangi ku sampai aku terlarut dalam sebuah
ikatan hubungan yang sebenarnya Allah haramkan. Aku sudah mengenal dia begitu
lama begitupun dia. Aku mengenal ibunya,
sosok ibu yang penyayang dan penyabar, aku mengenal kaka lelakinya,kakak
perempuannya dan adik permpuannya. Begitu pun dia mengenal seluruh keluarga ku
hingga kakek dan nenekku. Aku tak pernah jumpa ayahnya tapi aku merasa aku
dekat dengannya. Awal ku menjalin hubungan itu dia mengajak ku ke tempat
terakhir ayahnya istirahat. Begitu tenang aku di samping nisan beliau,aku
seperti sudah lama mengenalnya,walau aku hanya melihat foto dan putaran
vidionya. Mataku berair seperti ada bendungan air yang ingin mengeluarkan
airnya. Dia meninggalkan ku seperti sengaja aku bersama jasad ayah nya yang
sudah tenang di dalam tanah sana. Aku mendoakannya dan aku mengucap kata
“ayah,restui hubungan kami, sambil aku menghapus tetesan bendungan air yang saat itu mengalir deras. Akhirnya aku
berpamit untuk meningalkan tempat yang begitu indah dan tenang itu.
Aku senag dia mengenalkan ku ke
seluruh keluarganya termasuk ayahnya. Begitu yakinnya aku akan dia yang
nantinya menjadi ikhwatku sepanjang massa yang nantinya menjadi imamku sampai
ajallah yang memisah kan kami di dunia.
Hampir satu tahun kami menjalin
hubungan tersebut. Hari-hari ku begitu indah seperti dunia ini di warnai dengan
kehidupanku bersamanya. Tak ada kesakitan, tak ada air mata, tak ada
kekecewaan, tak ada kecurangan. Hingga akhirnya hubungan kami begitu indah
seperti tak mau lepas dengan keadaan saat itu.
Suatu ketika, dia harus
meninggalkanku untuk kepentingan pendidikan yang memang harus dia jalan kan
bersama teman-teman dan sahabatku. Lima hari dia akan meninggalkan ku, aku
tersenyum senang kalau lah itu menjadikan guru-guru, keluarganya termasuk
diriku bangga atas prestasi yang akan di perolehnya. Dia mengikuti lomba pesta
sains di bidang fisika bersama sahabatku. Sudah jauh hari mereka menyiapkan
olimpiade tersebut, hingga hanya sedikit waktu saja kami berjumpa, tak seperti
hari-hari lalu. Aku senang kalau itu positif baginya, aku seakan bangga,
seseorang yang mendampingiku mengikuti olimpiyade tersebut, karena hanya orang
tertentu saja yang diberi kesempatan untuk mengikuti moment tersebut.
Saat dia pergi, hatiku merasakan
keganjalan yang luar biasa. Aku mencoba menghubunginya, mengirim pesan singkat
yang berisikan ‘hai..kmu lg ap?gmn olimp nya? Jangan lupa makan n sholat yah.. J ... bebrapa jam aku
menunggu balasan pesan singkat tersebut akhirnya aku terlelap tidur hingga esok
hari. Aku membuka mata dan langsung ku lihat ponsel ku ada 2 pesan yang aku
terima, keduanya dari dia tepat jam 11 malam dia mengirimi ku sms, dia membalas
‘mav aku baru bls sms nya, aku lagi mau istirahat, alhamdulillah tadi lumayan
sulit. Kamu lagi apa? Karena ak tak membalas sms itu dia pun kembali mengirimi
sms ‘kamu udah bobo ya? Mav kalo besok ak jarang sms kamu, soalnya handphone ku
baterainya drop terus, mav ya sayang.. doain aku yah. Aku tersenyum melihat sms itu tapi sedikit kecewa
karena aku akan jarang mengetahui keadaannya, tapi aku berfikir kenpa aku tidak
menghubunginya lewat sahabatku. Ku putuskan untuk mengirim pesan singkat itu untuk
sahabatku, ku kirimi pesan untuk kekasih ku dan aku minta tolong untuk menitip
kekasih ku itu dengan sahabatku.
Perasaan ku tak menentu, seperti
ada sesuatu dengan dia. Sampai akhirnya aku putuskan menelphonnya.
“asalamu’alaikum ...wa’alaikumsallam, jawabnya. Kamu lagi apa? ,, mav mav aku
lagi di ruangan , mav yah nanti aja telponnya. Sebelum aku mengatakan ia dia
sudah mematikan ponselnya. Aku kecewa, tapi aku berusaha menahan semua persaan
yang membuatku sangat gelisah itu. Ku
coba pahami semua keadaan itu dan ku meyakini hatiku bahwa tak ada apa-apa di
dirinya.
Tiga hari sudah dia tak di
sampingku, hari-hari ku seperti tak ada warna. Aku melihat calender di binder
ku, ada tanda merah yang bertuliskan uang tahunnya, ku hitung mundur dan
ternyata 25 hari lagi umur dia bertambah. Hari itu libur, aku memutuskan untuk
mencari sesuatu yang akan ku berikan nanti pada waktu hari ulang tahunnya. Aku
bersama temanku memutuskan untuk menelusuri berbagai toko untuk mencari sesuatu
yang aku sudah niatkan dari beberapa bulan yang lalu. satu jam sudah terlewati,
tak ada toko yang menjual barang yang ku ingin berikan kepadanya. Waktu seperti
berputar sangat cepat, saat ku terus menelusuri toko demi toko, hujan turun
sangat deras, hingga akhirnya air dan pakainnku menyatu. Tapi itu tidak
membuatku putus asa untuk mencari barang yang aku inginkan itu. Dua jam sudah
berlalu, dan akhirnya aku dan temanku terhenti di sebuah toko, ku lihat ada
barang tersebut. Ku ambil ku cocoki dengan postur tubuhnya, tak lama berfikir,
ku ambil untuk ku bawa ke kasir. Lelah sekali fisik ini menelusuri toko demi
toko. Langit seperti sedikit menggelap, aku putuskan untuk kembali ke asrama
bersama temanku.
Tiba di asrama, kami beristirahat
sejenek, lalu mengikuti program seperti biasanya. Fisikku melemeh, teringat
tadi hujan turun membasahi sekujur tubuhku. Aku flu sedikit tak enak badan.
Keesokan harinya aku tak masuk sekolah. Badanku panas, tenagaku lemah, pilek
pun melanda sampai ku habiskan lembaran-lembaran tisue. Segala macam obat ku minum,
aku bahagia memiliki teman asrama yang begitu perhatiannya dan begitu erat
persaudaraannya, saat ku sakit mereka yang memberi ku sarapan, obat dan
segalanya. Tidak hanya aku yang di perlakukan seperti itu, tapi semua, diantara
kami di asrma jika teman sakit, kesulitan dan semacamnya kita saling membantu.
Aku menganggap mereka keluarga besarku. Aku memiliki saudara meski bukan
kandung tapi merka selalu membuatku bahagia dan tersenyum.
Sepi sekali asrama ini, tanpa
teman-teman. Keinginanku untuk sekolah tak bisa ku lewati hari itu karena
keadaan ku kurang baik. Aku liat ponesell ku tak ada satu pun sms dr kekasihku.
Menetes air mata ini saat aku terbujur menyelimuti fisikku yang melemah ini,
menyadari kalau kekasihku itu berubah,tak seperti dulu. Tapi ku berusaha untuk
menghilangkan fikiran negatif tersebut yang saat itu menyelimuti fikiranku. Aku menangis karena ku sepi tak ada warnanya
di hari-hariku. Aku menangis karena aku sadar cintanya sedikit pudar untuk ku.
Tapi itu mungkin, karena semua itu hanya perasanku yang tak tau akan
kebenarannya.
Sebuah sms datang dari sahabatku
yang berisikan ‘doain aku yah friend, hari ini tahap penyisihan. Aku
menshuportnya, Good luck kata ku. Dan ku titipi salam lewatnya untuk kekasihku.
Dalam doa ku panjatkan agar orang-orang yang ku sayangi mendapat peringkat
terbaik dan bisa membanggakan nantinya. Untuk kekasihku, teman-temanku tak lupa
sahabatku.
Sehari penuh badanku berbaring,
keesokannya aku paksakan mengikuti program, tak ingin berlarut-larut dalam
kelemahan fisik. Aku mengikuti semua program dengan baik walaupun masih lemas
terasa kaki ini untuk melangkah. Tapi setelah hari berikutnya aku merasa kuat
kembali, badanku tak lagi lemas, tubuhku seakan kuat. Alhamdulillah aku kembali
sehat, di tambah aku mendpat pesan singkat dari kekasihku yang berisikan ‘kamu
lg apa? Gmn kabar kamu sayang? Lusa ak balik? Nanti siang pengumuman,doain aku
yah.. J
.. aku tersenym lebar sekali sambil tersenyum ku ketik balasan sms untuknya
’aku baru istirahat sekolah, alhamdulillah aku baik, kmu gmn ? kangen deh, kmu
jarang ada kabar.. yeehhh kmu mau balik yah? Aku seneg bgt nantinya bsa ketemu
kamu lg J
sukses yah semoga hasilnya memuaskan, aku slalu doain kamu dan yg lainnya J
Aku tersenyum penuh hari itu,
besok dia kembali. Hati ini luar biasa bahagianya, karena kerinduanku atas
sosok dirinya J
Keesokannya aku kirimi dia sms
‘kamu balik jam berapa? Gmn hasilnya?’ ku tunggu balasannya tak kunjung datang,
ku tanyai dengan sahabatku, kapan baliknya sist? Kangen ih sm kalian terutama
dia...’ “kayanya nanti malam deh din,, soalnya pengumuman tahap selanjutnya
nanti sore” ohh.. mksi ya sist,, salam yah buat dia , bilang aku kangen J .. ia jawabnya nanti
ak smpeiin. Malam pun menyelimuti akan larutnya aku dalam lelapnya mata ini.
Keesokan paginya ku lihat sahabatku berbaring pulas di kasurnya. Aku tersenyum
berarti kekasihku sudah di sini, ku lihat ponselku ada pesan dari dia, tertulis
‘mav ya sayang aku ga bls sms kmu,, hape aku drop, aku udah di asrama. Aku
tersenyum, karena dia sudah kembali dengan selamat.
Hari itu aku dan seluruh
teman-teman dan orang-orang di sekitarku melaksanakan puasa sunnah, untuk
menyambut hari raya iedul adha. Kami bangun lebih awal, untuk mengikuti sunnah
sebelum melaksanakan puasa, yaitu sahur. Aku mengirimi sms utuk kekasihku yang
bertuliskan ”mbeee ku bangun, sahur.. hari ini puasa yah...” sms ku tak di
balasnya, aku pahami pasti dia sangat capek,karena baru sampai malam sekali.
Saat di sekolah ku lihat kursinya kosong, aku mengira dia masih lelah karena
perjalanan semalam, aku lihat juga teman-teman ku yang mengikuti olimpiyade tak
ada seorang pun hadir di sekolah. Oh mungkin dapet izin kali yah untuk
istirahat sejenak, dalam fikirku berkata. Bel sekolah tiba aku bergegas menuju
asrama, ku lihat ponselku, tak ada sms darinya, ku pahami, mungkin dia
istirahat. Sore pun tiba tak ada satu pun sms darinya, ak merasa kejanggalan.
Saat pulang sekolah aku bersama sahabatku berbincang-bincang , dia menceritakan
apa yang dia alami empat hari yang lalu saat dia tidak di asrama.dia juga menceritakan
kalau kekasihku sangat merindukan ku, ia din pas kita nginep gitu kita lagi
santai-santai abis ngulang pelajaran, pemandangan malamnya tuh indah bangat
,penginapan kita kaya di atas bukit gitu, terus pas kita di depan jendela
terlihat semua rumah-rumah penduduk, karena malam yang terlihat cuma lampunya
aja. Dia sempet bilang sama aku kangen banget gue sama dini, coba ada dia
disini pasti gue seneng banget. Aku tersenyum lebar sekali saat dia
mencertakaan kisahnya itu. Tetapi ku lihat mimik wajahnya berbeda, begitu
bahagianya menceritakan semuanya dari awal sampai akhir, aku aneh sekali kenapa
dia sering kali menyebut nama kekasihku, dan ku merasa, mengapa selalu ada
kekasihku dalam ceritanya. Aku sedikit janggal tapi tak ku ungkapkan, mungkin hanya
perasaan ku saja. Aku juga bercerita dengan sahabatku kalau aku sudah
membelikan kado yang aku idamkan untuk kekasihku, ku perlihatkan barang
tersebut. Tapi, kejanggalan itu aku rasakan kembali. Ku lihat wajah dan matanya
seperti tidak menyukai apa yang ku perlihatkan. Ku benahi semua. Aku berbaring
samping sahabatku, aku semakin merasakan kejanggalan tersebut, aku merasa dia
berbeda. Di benakku penuh dengan pertanyyaan yang luar biasa.
Dua hari sudah kita melaksanakan
puasa sunnah, saat hari kedua juga tersebut dia dua hari berada di asrama. Aku
ingin cepat-cepat berada di kelas untuk melihatnya. Saat di kelas senyum
hangatnya menyambutku saat ku tiba di kelas. Kerinduanku luar biasa ingin ku
ungkapkan, saat waktu belajar sesekali aku menoleh ke arahnya, matanya dan
bibirnya tersenyum melihatku. Bel istirahat tiba, saat ku keluar kelas dia
memanggilku, kita mengobrol sejenak saat waktu istirahat. Aku menyapanya. Mbee
ku sayang udah di sampingku lagi, aku kangen tau,, panggilan kesayangan ku
dengannya dengan sebutan ‘mbee’ ,dia menjawab, aku juga kangen, aku
berbincang-bincang cukup lama, menanyakan bagaimana aku disini dan bagaimana
dia disana. Terselip di perbincangan kami, kemaren kamu ga sekolah yah mbe? Dia
jawab ia, aku capek banget, sekarang aja masih kerasa capeknya. Oh ia, kamu
banyak-banyak isttirahat ya, biar fit kembali. Oia kamu puasa ga? Dia tersenym
saat ku bertanya itu, sambil tertawa dia bilang hehe aku kesiangan buat saurr,
ish dasarr,, kami tertawa sambil menuju keluar kelas untuk kembali ke asrama.
Aku merasa bahagia karena dia ada
di hadapan ku lagi, di sampingku lagi untuk mewarnai kehidupan ku kembali.
Malam tiba, suara gema takbir terdengar di masjid hingga ke asramaku. Setelah
ku solat isya aku beiktikaf sejenak sambil berdoa, entah mengapa air mata ini
turun seketika saat mendengar takbir bergumam, aku mengingat keluargaku
terutama orang tuaku dan aku mengingat
dosa-dosa serta khilaf yang telah ku perbuat selama ku beranjak dewasa.
Aku menangis hingga mataku sedikit membengkak, entah mengapa sulit sekali air
mata ini terhenti, aku terus menangis dan memohon ampunan atas apa yang telah
ku perbuat. Setelah ku puas mencurahkan segalanya ku putuskan untuk kembali
keasrama. Ku istirahat sejenak dan ku lihat ponselku ada tiga sms dari dia, yg
berisikan kamu lagi apa? Ko gak di bles si? Kamu masih di masjid ya? Aku bls
smsnya, maaf yah aku baru bales, aku ga enak banget perasaannya, aku inget
mamah.. saat ku membalas dia menelponku, kamu kmana aja? Katanya. Maav aku baru
pulang dari masjid, ga enak banget persaan aku, mau nangis terus, aku inget
mamah n keluarga ku, aku juga inget dosa mbe, sambil ku menangis lewat telepon
ku ungkapkan apa yang ku rasakan saat itu. Dia menenangkan ku, dia berkata
doain aja semoga gak knp-knp mbe, dia menyuruh ku untuk istirahat, udah jam
setengah sepuluh, kamu bobo gih, besok kan sholat ied, aku mengiakan, ya udah
aku bobo, kamu juga yah, besok jangan telat bangun ya mbe,, ia sayang ...
sebelum menutup telepon kami selalu membaca doa sebelum tidur secara bersamaan.
Kami berdua pun membacanyanya secara bersamaan ‘bismikaallahuma ahyawabismikaamuut’
udah ya sayang, bobo yang nyenyak yah... aku bilang ia kamu juga ya,
assalamualaikum, waalaikumsalam ku jawab salam tersebut, telpon pun terputus.
Aku pun bergegas menutup tubuh ku
dengan selimut karena cuaca saat malam hari sangatlah dingin, ku tutupi seluruh
tubuhku hingga kepalaku, aku pejamkan mataku tapi sulit sekali untuk
menyenyakan istirahatku, ku duduk sejenak untuk menunggu kantukku tiba.
sahabatku yang kasurnya bersebelahan denganku menegorku, hai dini kamu blom
tidur dapet salam dari kekasihmu. Ku tersenyum ku jawab ia salam balik,
ternyata dia sedang telpon-telponan yang dia mengaku kalau yang di telpon itu
kekasih dia. Tumben sekali aku gak merasa ngantuk, padahal tadi aku ngantukk
sekali, akhirnya ku paksakan mata ini untuk istirahat.
Keesokan paginya saat ku
membukakan mata, jam menujukan pukul 03.30, ku bergegas untuk mandi dan
mengambil air wudu, setelah nya ku lentangkan sajadah, ku berniat solat tahajud
serta witir dalam setiap gerakan solatku, aku menikmati dengan penuh kenikmatan
beribadah. Alhamdulillah ya rabb, kau masih memberikan ku nikmat kesempatan
untuk melaksanakan semua ini, dan bertemu hari raya idhul adha, yang tahun ini
aku tidak merayakan bersama keluargaku tapi aku cukup bahagia bisa merayakan
bersama guru-guru serta teman-temanku karena tahun ini adalah tahun terakhir
aku merayakan hari raya di pondok pesantren ini. Aku meneteskan air mata ku
kembali saat ku berdoa dan membaca ayat suci dan amalan-amalan yang ku niatkan
untuk kebaikan ku dan seluruh keluargaku serta orang-orang yang ku sayangi.
Matahari mulai terlihat, aku
bersama teman-teman ku bergegas ke masjid untuk melksanakan sholat ied. Ku
tempati shaf paling depan bersama keluargaku di asrama dan orang tuaku di
asrama yaitu wali asrama ku. Tak terhenti bibir ini mengucap takbir, sebelum
sholat di laksasnakan. Aku merasakan hari yang berbeda saat ini. Hati ku tak
menentu keadaannya, seperti mau menangis tapi tak tau sebab. Saat sholat telah
selesai,saat doa terucap air mataku jatuh seketika, mengingat dosa yangh selama
ini telah ku perbuat di dunia. Sholawat pun di kumandangkan, seluruh jamaah
santri dan guru-guru membuat barisan untuk melaksanakan halal bi halal,
bersalam-salaman untuk meminta maaf, ku cium seluruh tanga ustadzah ku mengucap
kata mohon maaf ya ibu ku. Ku jabat seluruh tangan ukhti ku sambil pipiku
menempel di pipinya, ku ucapkan kata maafin aku yah.
Selesai semua pelaksanaan sholat iedul adha
kami pun para santri menuju ke asrama masing-masing, di asrama sudah tersedia
ketupat, serta sayur lodeh dan opor ayam yang di siapkan oleh mba kami di
asrama. Kami terlihat penuh bahagia di wajah sambil makan yang sudah di siapkan
tadi, tapi hati ku tak nyaman terasa. Hatiku merasa ada sesuatu yang menyakitkan. Tapi ku mencoba hilangkan semua
rasa itu, ku mencoba hilangkan dengan bercanda gurau dengan teman-temanku di
asrama.
Tiba-tiba temanku yang berada di kasur
memanggil ku ‘dini,, kayanya handphonenya getar deh!’ oyah?,ku jawab sambil
mendekati kasurku, yang terbiasa ku menaruh ponselku di bawah bantal ranjang
tidurku. ‘oia geter, makasih ya udah kasi tau, ku berucap dengan teman ku yang
memberitahu. Sebuah panggilan yang tertulis ‘sayangku’ memanggil. Ku angkat
telponnya, ku ucap kan salam. Asalamu’alaikum. Wa’alaikumsalam, jawabnya. Kamu
lagi apa?Aku abis makan tadi lagi ngobrol aja sama teman-teman, klo kamu?Sama
aku juga, hmmm mohon maaf lahir batin ya sayang. Ia sama-sama , maafin aku juga
ya mbee . Hmmm aku bisa ga nanti ketemu kamu?Dmn? Kataku. Di .....
kantin?Hmmm... sepertinya hari ini aku gak mau keluar asrama deh, badanku ga
enak banget. Mau istirahat full mumpung liburr heheee Hmm sebentar aja aku mau
ngomong sesuatu sama kamu.Hmm gmn yah?? Bener deh aku gak enak badan, besok aja
si di sekolah, besok juga bisa ketemu, atau gak ngomng aja lewat telepon.Hmmm
harus ngomong langsung. Ya udah deh kalau kamu gak bisa , bsok aja
deh..Yaudah... hmmm tau ga mbe, hari ini perasaan ku gak enak banget apa bawaan
aku ga enak badan yah?Dia bilang ‘ hmmm kamu sakit kali ? kamu istirahat aja,
minum obat gih.. ada obatnya ga?Ia kali ya,, ada ko obat mah.. ia nih kayanya
hari ini aku mau istirahat full. Nanti bangunin aku ya sholat zuhur.Ia mbe.. ya
udah kamu istirahat yah, nanti insyaallah aku bangunin kamu.Ok sayang. Makasih
yah...Aku matiin yah handpone nya , kamu tidur yah.Ia.. Assalamu’alaikum.Wa’alaikumsalam,jawabku.
Aku pun
ternyenyak tidur setelah meminum obat. Handphone ku bergetar, sebuah sms ku
terima dari keksihku. Mbe bangun, bentar lagi zuhur. Aku bales ia, makasih ya
sayang. Aku pun bergegas menuju toilet untuk mengambil air wudu dan menuju
kemasjid melaksanakan solat zuhur berjamaah. Tiba kembali di asrama, ku merasa
badanku nyaman terasa lebih vit. Ku sms kekasihku menanyakan kenapa tak hadir
solat berjamaah. Tapi tak ada balasan satu pun. Aku berbaring sambil memeluk
boneka di samping sahabatku yang sedang asik telpon-telponan. Percis di
sampingnya ku mengetik sms banyak sekali untuk kekasih ku tapi tak kunjung
balasan satu pun dari dia. Ku kesal sekali terasa, ku telpon tapi panggilan
sibuk, tak terasa mulutku terucap keras ‘knp si dia, aku sms gak di bales,ku
telpon sibuk’ sambil nada bicaraku kecewa dan sedikit marah. Entah mengapa
sahabtku menoleh ke arah ku sambil menutup telponnya dan berajak pergi
menjauhiku. Tiba-tiba telponku yang menghubungkan ke ponselnya terdengar nada
sambung. Hallo katanya, aku pun respek memarahinya dengan nada manjaku, kamu
kemana aja si? aku sms gak di bales, aku telpon sibuk, abis telpon siapa sih?
Oh maaf tadi sodaraku abis telpon aku, siapa? Kataku. Teh devi, katanya. Bener?
Dia malah menjawabi ku dengan nada sewot, ia bener kalo ga percaya ya udah. Aku
bertanya, kenapa ko nada kamu sewot gitu, aku kan Cuma tanya aja, soalnya kamu
gak biasanya kaya gini. Ya udah kalo ga percaya tanya aja sama orngnya. Ok aku
tanya. Ku tutup telponnya.
Ku merasa ada sesuatu yang dia tutup dariku,
ku liat kontak nama-nama di handpone ku, ku liat tertulis nama teh devi,aku
teringat saat handphoneku di pinjam olehnya, mungkin dia mengesave nomor teh
devi di ponselku. Ku telpon, tapi ta ada jawaban, sudah lima kali dan ke enam
kalinya telpon ku diangkat. Asalamualaikum teh, ini bener nomor teh devi.
Wa’alaikumsalam, ia bener ini siapa ya? Ku jawab ini dini teh apa bener td dia
telpon teteh? Ga ada sama sekali telpon dari dia neng, Cuma no kamu aja yang
tak terjawab, mav ya neng kenapa gitu? Oh engga teh aku Cuma pastiin aja kalo
yang dia bilang itu bener apa engga.
Makasih banget ya teh. Makasih banget mav ya teh kalo aku ganggu waktunya. Ia
sama-sama yah. Ga apa-apa ko neng sama-sama. Udah dulu ya teh, assalamualaikum,
wa’alaikumsalam, ku tutup ponselku.
Sambil air
mata jatuh dengan begitu derasnya. Ku coba hubungi kekasihku tapi seperti tadi
ponselnya selalu sibuk. Ku curiga dengan sahabatku, kulihat dia asik
telpon-telponan, tapi benakku teringat dengan kekasihnya yang saat itu tidak
memegang handphone karena handphonenya di pegang dengan sahabatku itu. Hati ku
semakin tak nyaman, air mataku semakin menderas turun tanpa suara yang keluar
dari bibirku. Ku telpon salah satu teman asramanya ku tanyai kekasih sahabtku,
apa kamu lagi telpon-telponan sama pacar kamu? Dia menjawab engga din, kan hape
gue ada di dia, makin deras air mataku, coba tolong lihatin dong kekasih ku
sedang apa? Bukan lagi telpon-telponan sama lu din? Dari tadi gue kira lagi
telpon-telponan sama lu, kan biasanya juga gitu. Oh makasih yah. Ku tutup telponnya. Aku menjerit menangis
begitu keras ku ucap kata-kata kasar yang secara reflek terucap dari bibir ku
dengan nada sangat keras. Eh lu, kalo telpon-telponan sama co gue bilang aja
kali, gak tau di untung di kasih pinjem handphone sama cowoknya malah di buat
selingkuh, dasar sahabat apa kaya gitu. Aku teriak sangat keras. Ku telpon
kekasihku kembali. Dengan suara yang keras ku berkata blang aja kalo dari tadi
telpon-telponan sama sahabatku, aku udah tau ko semuanya, kenapa gak jujur dia
awal si? Mau bohong kaya giman juga aku bakal tau. Dia mengentak ku,jangan sok
tau deh , aku bukan telpon-telponan sam dia. Aku telpon-telponan sama teh devi.
Eh aku udah tau semuanya aku udah telpon teh devi,katanya enggak sama sekali
telpon-telponan sama kamu, aku tanya temen asramamu temenmu malah ngira kamu
telpon-telponan sama aku. Udah jujur aja, udah ketauan semuanya. Ia aku
telpon-telponan sama dia. Aku menjerit menangis keras sekali, ku bilang dasar
cowo berengsek, mau kamu apa, nyakitin aku dengan selingkuh sama sahabtku? Aku menangis terus
menerus sambil memakinya, karena tak tahannya batin ini menahan semua yang ku
rasa saat itu. Handphone ku direbut oleh salah satu teman ku, teman-temanku
mengerubungiku sambil menenangkan ku , yang sabar ya dini, sambil memeluku, dan
mengusap pundak serta air mata ku, ku rebut hapeku, ku banting keras-keras
sampai terbelah berlapis-lapis. Ku terus teriak, menangis sekuat mungkin.
Ku merasakan
sakit yang luar biasa. Sangat menyakitkan sampai tangis dan teriakku seperti
orang yang kehilangan kesadaran warasnya, ku telpon kekasih sahabtku melalu
handphone temanku, sambil menangis terisak-isak ku katakan kepadanya, kekasihmu
selingkuh dengan kekasihku. Dia mengucap kata sabar din, ia gue ngerti perasaan
lu, sama kaya gue sakit banget. Ia din udah ga usah nangis , sabar kita harus
sabar gue yakin dia dapet balesannya. Aku emosi sekali sampai bibirku terucap,
aku ga akan ikhlas dan ridho sampai kapan pun mereka perlakukan semua ini.
Sambil terus menangis di pelukan teman-temanku. Telpon itu masih tersambung
yang saat itu di pegang dengan teman ku. Kekasihnya bilang, tolong ambilin hape
gue di lemari tuh orang. Ambil aja gak perlu izin, cari di lemari atas deket
frame-frame. Teman ku langsung mengambil
handphonenya dan memberikan kpd diriku. Liat din coba pangilan keluar dan
smsnya. Sambil menangis dengan fisik yang melemas ku berkata ko handphonenya
ada di kamu? Kata pacarnya ambil aj, trus suruh kasih dia, nih kamu liat aj
dulu buat tau kebenarannya. Ku buka handponenya. Ku liat semua smsnya, semua
dari kekasihku, semua kotak keluarnya juga buat kekasih ku.ku lihat panggilan
masuk dan keluar. Semua tertuliskan no kekasihku. Ku lihat waktunya, jam 10.00
jam 12.30 jam 15.45 dan durasinya sangat lama, dan ku lihat tidak hanya hari
itu tapi semalam, dan kemarin serta lusa. Semua panggilan dari kekasihku. Aku
makin menjerit menangis sangat keras, hingga wali asrama ku menegorku. Ya allah
dini kenapa? Wali asrama ku yang kebingungan tak bertindak apa pun mungkin aneh
melihatku yang begitu kerasnya mengeluarkan suara. Aku tak hiraukan semua
termasuk beliau, karena begitu sakitnya hatiku seperti teriris pisau yang
sangat tajam, sangat sakit sekali.
Sahabatku
hilang dari hadapan ku, entah dia kemana. Dia belum mengetahui kalau hapenya
sudah di tangan kekasihnya. Dia seperti sangat menghindar, setelahnya dia di
jauhi oleh teman-teman ku. Semua teman ku mendekatiku, memeluku, menghiburku,
menguatkan ku dan menenagkan ku. Air mataku terhenti sejenak, pandangan ku
kosong saat itu seperti hilang semua kesadaran warasku. Tiba-tiba mulutku
terucap oleh salah satu teman ku, dimana dia? Teman ku menjawab, ngapain masi
tanya dia? Dia udah gak pantes dia anggap teman apalagi sahabat, entah kenapa
kita semua menjauhinya, kita semua ngerasain apa yang kamu rasain dini. Kita
mengenal mu dan mengenal dia. Kamu seperti saudara, malah sebagian orang
mengatakan kamu kembar karena saking akrabnya kamu berdua, kami merasakan
sakitnya menjadi dirimu. Udah gak uasah tanya dia dulu, dia tak pantas sekarang
ada di hadapan mu dini. Aku memotong pembicaraannya, gak bleh kalian seperti
itu, makasih yang luar biasa buat kalian semua karena setianya menjadi saudara
ku, tapi aku tak perlu kalian berlaku seprti itu terhadapnya, maafin aku tadi
aku menangis seperti orang gila, maafin aku kalau aku tadi merepotkan kalian,
aku sangat terpukul, makasih banget. Tapi aku mohon di antara kalian jangan ada
satu pun yang menjauhinya, ini masalah ku dengan dia. Sebuah pelukan saja sudah
cukup membantuku dan membuatku sedikit tegar. Please ya teman-teman jangan
jauhi dia. Aku tau dia salah, tapi itu hanya menjadi urusannya dengan ku. Makin
eratlah pelukan mereka sampai di salah satu nya mengucap sabar ya dini, kita
selalu di samping mu. Ia makasih ya teman ku. Aku lagi-lagi menanyainya, dimana
dia? Seperti nya dia belum pulang dari masjid, mungkin takut kali din sama kamu
dan kita karena tadi kita serentak mengerubungimu. Ku ucapkan lagi kata-kata ‘
tolong ya teman jangan jauhi dia’. Sambil ku beranjak ke kasur dan membaringkan
tubuh ku dengan mata yang tak henti keluar air mata.
Tiba-tiba
sahabatku mendekati ku, dia memanggilku dan berkata aku mau bicara sebentar
dengamu din, aku tak tanggapi perkataannya, din aku mohon aku mau berbicara dengan mu, aku tetap
diam, dia berkata lagi, aku tunggu kamu di depan asrama, aku ingin berbicara
dengan mu dini, aku mohon, aku akan
menunggu mu, aku tetap terdiam sambil tatapan
kosong aku beranjak keluar asrama, dia pegang tanag ku menju teras asrma
dan mengajak ku duduk bersebelahan di sampingnya.
Ku
lihat air matanya mengalir. Seketika air mataku terhenti. Tapi isak nafasku
masi terasa. Dia memegang erat tanganku, memohon maaf apa yang ia lakukan
kepada ku. Aku tak mengucapkan sedikit kata pun. Di terus mengatakan maaf
terhadapku, mengaku semua kesalahannya. Dia menjelaskan semua nya dari awal
sambil air matanya tak terhenti, aku hanya mendengarkan tanpa keluar sedikitpun
kata terucap dari bibirku. Din, maafin aku banget, aku udah nyakitin kamu, aku
udah bertindak bodoh sekali. Aku mau kamu tau kebenarannya. Aku terayu oleh
kata-katanya din, dia merayuku dan mendekatiku saat olimpiyade empat hari lalu,
dia merayuku mengungkapkan isi hatinya, dia mengungkapkan masa lalunya yang
dahulu memiliki rasa dengan ku. Dia mengungkapkan perasaanya din sama aku. Aku
bodoh mengikuti hawa napsuku untuk meresponnya. Aku terbawa olehnya din,
padahal aku selalu ingat denganmu, tapi dia selalu merayu dan meyakiniku dan
akhirnya aku terbawa oleh rayuannya itu. Aku bodoh din, menghancurkan
persaudaraan yang sudah kita jalin amat lama. Maafin aku dini. Aku janji gak
akan ulangi semua itu, aku akui semuanya dini, aku slah banget sama kamu,
waullahi dini. Maafin aku,aku gak akan ulangi semua itu. Tiba-tiba aku mengis
dan mengucap ‘ kita udah berapa tahun si sahabatan? Sampai orang-orang bilang
kita saudara. Ia din aku mengakui keslahan ku, aku bodoh banget ngancurin semua
itu, tapi aku akan terus menganggap mu saudaraku din, maafin aku dini. Aku
bertanya, kamu ngapain aja sama dia ? jawab jujur. Waktu malam kamu gak bisa
tidur, waktu kamu telpon dia selalu sibuk, waktu kamu sms dia kunjung tak bls.
Dia selalu menghubungiku din, kenapa kamu gak jujur sama aku? Aku takut din
sama kamu, aku takut nyakitin kamu. Kalao takut nyakitin aku kenapa melakukan
semua ini, ini lebih-lebih dari sakit. Aku menganggap mu saudra ku, kamu tau
semua cerita ku bersamanya. Kamu tau semua jelek baiknya aku, kamu tau semua
sesuatu apapun dari ku, kenapa kamu tega-teganya ngelakuin semua ini. Kamu tau
aku sayang banget dia? Kamu tau aku sakit? Ia din, aku minta maaf banget sama
kamu, maafin aku ya dini. Apa aja yang udah kamu lakuin sama dia? Apa dia udah
menyentuh mu? Dia berhentiu mengeluarkan suaranya. Jujur sama aku, aku gak akan maafin kamu kalau kamu gak
jujur, aku menggentaknya. Tangan ku disentuh dia din, kapan? Saat puasa
kemarin, saat kamu sekolah. Dia di suatu tempat dan dia menyuruh ku menemuinya
dan meminta tolong untuk membawakan makanan untuknya, dan akhirnya aku turuti.
Air mataku mengalir terisak-isak sangat deras. Sambil menekannya aku ucap kamu
di apain lagi sama dia? Dia hanya mengaku kalau tangannya saja yang di sentuh,
tapi aku yakun masih ada yang dia sembunyikan dari semua ceritanya yang baru
saja dia ungkapkan. Din, maafin aku, maafin aku din. Aku meatapnya sinis dan
mulutku terucap ‘ enggak tau samapi kapan aku bisa maafin kamu. Aku sakit hati
banget, aku gak bisa maafin kamu. Sambil menuju kedalam asrama air mataku jatuh
sangat deras dan aku berbaring di ranjangku sambil menutupi seluruh tubuh ku
dengan selimut dan ku menangis mengeluarkan air mata akibat sakitnya hati yang
ku rasa, teman sebelah ku menenangkan ku, sabar ya dini. Istirahatlah, katanya.
Tapi air mataku tak kunjung henti. Hingga aku kelelahan dan mataku terpejam
hingga esok pagi.
Aku bertemu dengan kekasihnya, aku berbicang
sejenak dengan air mata tak henti, apa yang dia katakan kepada ku, dia
menguatiku, menegarkan ku agar ku henti menangis. Dia bilang ‘sabar ya din, gue
sama kaya lu sakit banget di perlakuin semua ini, gue juga gak habis pikir
semua bakal kaya gini, tenang din,, Allah punya rencana baik di balik semua
ini, gue juga yakin banget kalo mereka bakal ngerasain sakitnya jadi kita
bahkan lebih. Entah esok, lusa, entah lulus SMA, pas kuliah, lulus kuliah,
bahkan saat mrk menikah. Gue yakin banget dia bakal ngersaain semua ini.
Percaya din, Allah akan bales semuanya, kita mencoba ikhlas saja,insyaallah din
pasti mrk merasakan semua ini. Dia menenangi ku, udah din jangan nangis terus,
semua udah kejadian, gak akan kembali lagi. Aku terus menangis terisak-isak.
Dan fikirku berkata apa yang dia bilang pun sedikit membuat hatiku membaik, dan
aku juga meyakin semua itu kalau nantinya dia pasti merasakan apa yang kami
rasakan.
Semua
kejadian itu membuatku sangat terpuruk. Sahabat yang ku sayangi, kekasih yang
ku cintai. Keduanya menghanatiku. Hari-hariku penuh dengan air mata, hatiku
seperti hancur lebur, perasaan ku diselimuti rasa kecewa. Di hadapan guru-guru
serta teman-teman di sekolah, aku tak menunjukan sama sekali rasa sakit yang ku
derita saat itu. Aku selalu tersenyum walau hatiku teriris. Aku selalu tertawa
tapi tak bisa lepas dengan kebahagiaan. Aku seperti terpuruk dari runtuha
bangunan gedung yang sangat tinggi. Tapi di sana banyak sekali yang menolongku,
membangkitkan ku, membuatku tegar dan selalu membuatku tersenyum. Mereka adalah
sahabat-sahabatku bahkan lebih mereka saudaraku. Saat ku terdiam mereka menegorku,
menarikku ke lingkaran canda tawa agar aku tidak meneteskan air mataku kembali.
Saat mataku berkaca-kaca mereka lah yang menarikku ke garis terang agar ku tak
teringat kembali soal masalah lalu yang menyaitakan itu.
Bagaiman
aku tak bisa melupakan semua itu, mereka di hadapan ku, keduanya. Sahabtku
duduk di sampingku, sedangkan dia beda satu bangku sebelah kiri blakang kursi
ku. Aku menjauhi sahabatku, seolah-olah aku tak menegenalnya. Satu meja dan
bersebelahan kursi itu membuatku sakit, melihat wajahnya saja aku teriris. Saat
belajar aku tak sedikit pun konsentarasai di fikiran ku. Semua teringat dengan
kejadian itu. Tapi aku tak menujukan wajah sedih ku diruang kelas. Sebagian
teman ku menyadari kalau aku sedikit berubah dengan sahabatku, mereka menanyaiku,
tapi aku tak bisa mengucapkan satu kata apa pun ke mereka. Aku hanya menenunduk
dan menghindar menjauhi mereka.
Melihat
saja membuat ku teriris. Aku seakan sudah sangat membenci sahabatku, sampai-sampai
aku sudah tak mengangap dia sahabat bahkan teman. Hatiku masih tertutup untuk
memaafkannya dan mengenalnya seperti dahulu. Itu semua terjadi karena aku
sangat kecewa dan tak menyangka dia tega melakukan semua itu terhadapku.
Suatu
ketika lelaki itu menghampiri ku kembali. Hati ku masih tertuju dengannya. Dia
ingin berbicara dengan ku , ku temui dia. Dia memohon maaf atas kejadian
kemarin. Dia bilang kalau wanita itu yang merayunya, memeberikan peluang
dirinya memasuki hati wanita tersebut. Dia bilang dia tergoda dengan tingkah
laku nya. dia memintaku untuk kembali dengannya, aku masih terdiam dengan
tatapan kosong. Dia terus meyakiniku kalau dirinya tak bersalah. Dia juga terus
meyakini ku agar ku kembali dengannya. Diriku sangat menyayanginya, hatiku
sangat mencintainya, hingga akhirnya aku memberikan kesempatan dia kembali
menjadi kekasih ku.
Aku
menjalani hubungan itu kembali dengan kekasihku. Tanpa pedulikan sahabatku itu
yang hubungan ku dengannya sangat menyakitkan. Aku dan sahabtku seperti musuh,
kami tak pernah saling sapa, tak pernah ada canda, ta ada kata terucap dari
mulutku untuknya. Aku lebih memilih kekasih ku untuk selalu ada di samping ku,
karena aku lebih percaya dengan penjelasan yang terucap oleh mulutnya bukan
dari mulut sahabat ku.
Malam
tiba, ku tulis sebuah diary diatas ranjang tidurku, sambil air mata mengalir..
Ya Rabb,, maafkan aku, saat ini
aku belum bisa memaafkan sahabatku. Kesakitan itu masih membekas di hati
terdalam ku. Ku mohon buka kan hati ku untuk memaafkannya, aku ingin seperti
dulu. Menjadi saudaranya, aku rindu canda tawa, keakraban kita menjadi saudara,
curahan hati yang kami keluarkan saat dahulu, namun tak ada lagi saat ini.
Maafkan aku ya rabb,, karena saat ini aku belum bisa memaafkannya.
Mudah-mudahan suatu saat nanti aku bisa bersamanya kembali menjadi saudara dan
saling silaturahmi sampai Allah lah yang memisahkan kita. Ya Rabby semoga
keputusannku tak salah, aku memilih lelaki itu di banding saudaraku itu.
Maafkan aku ya rabb.
Kunjalani
hidupku tanpa satu sapaan dengan sahabatku, walau kami seatap di arama, walau
aku duduk bersebelahan saat di ruang kelas, walau aku di hadapannya saat
majelis tilawatulqur’an. Tapi aku belum bisa juga menghilanghkan rasa sakit
itu. Hingga akhirnya........
Kekasih
sahabatku mengahampriku dengan tatapan mata yang berkaca-kaca, dengan air mata
ku yang tak henti. Aku mengeluarkan keluh kesal, ksakitan yang ada dihatiku
dengan kekasih sahabatku, aku sakit banget ngerasaain ini. Dia menjawab sama
din apalagi gue, sama banget raanya apa yang lu rasain. Udah din, kita ikhlasin
semua nya aja, biarin aja dia memperlakukan kita kaya gini, inget dini hukum
karma berlaku. Ku lihat wajahnya yang sangat melemas ketika mengucapkan
kata-kata itu, Apa yang ku katakan? aku gak akan maafin dia sampai kapan pun ,
aku sakit hati banget, aku kecewa banget dia perlakuin semua ini, sampai mati
pun aku gak akan lupain semuanya dan aku ga akan maafin semua ini. Dini jangan
kaya gitu, Allah aja maafin kesalahan hambanya yang berlumur dosa, kita ambil
pelajarannya ya din dari semua ini, maafin dia ya din. Gak bisa , aku gak belom
bisa maafin dia , entah sampai kapan? Ya Allah din,,, maafin dia yah gue mohon,
buka hati lu buat dia, kita hidup sama-sama din, ga enak banget yang dulunya
sahabat sekarang jadi musuh, biar aja ini jadi urusan yang di atas din, kita
ikhlasin semua ya dini,, maafin dia din yah. Aku lihat matanya yang
berkaca-kaca sambil memohon agar aku memaafkan sahabatku itu. Emosi ku mengebu
seketika. Kamu bodoh yah kamu sama kaya aku di sakiti tapi kenapa kamu yang
meminta maaf sam aku? Dia yang salah bukan kamu. Ia din gue ngerti, udah biar
aja kita ikhlasin semuanya, maafin dia ya dini. Belum bisa aku maafin dia,, air
mataku tak kunjung henti. Hingga dia mengucap kata, apa perlu din gue sujud ke
kaki lu biar lu maafin dia. Ga perlu kamu ga salah kenapa kamu yang minta maaf
segininya sama aku sampai-sampai kamu mau sujud di kaki aku yang seharusnya
kaya gitu tuh dia. Ia dini gue sayang banget sama dia, gue mau lu sama dia kaya
dulu lagi sahabatan gak kaya gini, ya din ya maafin dia. Gak tau deh sampai
kapan aku bisa maafin dia. Maaf ya adam aku belum bisa maafin dia, aku masi
terlalu sakit merasakan apa yang terjadi kemarin.
Semua
terjawab begitu saja saat aku mernungkan diri sejenak. Seperti aneh sekali
fikiranku, seperti mengganjal sekali suasana hatiku. Dan akhirnya semua itu
terungkap. Kejurigaan itu selalu terutara kapada kekasih dan sahabatku kalau
mereka masih menjalin hubungan. Ku tatapi lembaran foto demi foto ku bersama
sahabatku. Lagi-lagi air mataku bercucuran jauh. Kenangan persahabatan kita
begitu manis. Mulai ku masuk SMP hingga akhir SMA, semua terlihat dari
lembaran-lembaran foto. Ku pandangi foto ku bersampingan dengan dia, ku ambil
pena ku hapus dia dengan memburamkan tinta hitam di seluruh permukaan wajah dan
postur tubuhnya yang berpose di sampingku, hingga aku robek di bagiannya. Aku
menangis, sakit swekali melihat den mengenang persahabatan yang terjalin cukup
lama. Enam tahun ku menganggap dia sebagai saudaraku, dengan jangka waktu
kurang lebih satu minggu dia menghancurkan segalanya,bermain dibelakang ku
dengan kekasih ku. Tak sadarkah dia dengan persahabatan kita? Tak sadarkah dia
dengan isi curahan hatiku yang amat menyayangi kekasih ku! Air mata ku kebali
membasahi pipi ku, kekesalan ku memgingat dia.
Langganan:
Postingan (Atom)